Selasa, 22 November 2016

KASUS GIZI BURUK ANAK INDONESIA MASIH TINGGI

ANGKA kematian bayi dan anak balita (bawah lima tahun) akibat kurang gizi di Indonesia masih memprihatinkan.

Prevalensi angka gizi buruk masih tinggi, yakni mencapai 5,7% dan gizi kurang 13,9%.
Selain kebutuhan nutrisi anak yang tidak terpenuhi, perilaku tidak tepat orangtua dalam menyajikan makan bagi bayi dan balita juga menjadi penyebab kurang gizi pada anak masih tinggi.
Pendapat itu disampaikan secara terpisah oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jaya Rini Sekartini dan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihantono, kemarin.
"Kebutuhan nutrisi harus diperhatikan pada 1.000 hari pertama kehidupan, agar anak tumbuh baik, memiliki imunitas, dan menjadi cerdas," kata Rini, pada jumpa pers peringatan ulang tahun ke-62 organisi tersebut dan Hari Anak Nasional, di Jakarta, kemarin.

Perbaikan gizi kurang pada anak Indonesia itu, lanjutnya, hingga kini masih belum optimal.
Hal itu bisa dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2013 yang menunjukkan masalah stunting (anak pendek) pada anak balita masih serius dengan prevalensi mencapai 37,2%. Namun begitu, prevalensi gemuk pada anak balita juga cukup tinggi, yaitu 11,9%.
"Makanan terbaik bayi ialah air susu ibu (ASI). Makanan pendamping ASI juga perlu diberikan paling lambat pada usia enam bulan agar kebutuhan energi bayi dapat tercukupi," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar